Perbedaan ETH USDT dan BTC

gastronoid.com – Perbedaan ETH USDT dan BTC.  ETH, USDT dan BTC adalah cryptocurrency yang banyak diminati orang dan memiliki marketcap terbesar. Saat artikel ini ditulis BTC memiliki marketcap nomor satu  dengan kapitalisasi pasar sebesar $694,897,992,889 atau setara Rp. 9.970.659.335.541.194. ETH  memiliki marketcap nomor dua dengan kapitalisasi pasar sebesar $264,624,985,895 atau setara Rp.  3.787.576.992.132.300. Sedangkan USDT atau Tether berada di marketcap nomor tiga dengan kapitalisasi pasar $58,965,793,313 setara Rp. 847.202.830.836.084. USDT berada dibawah Bitcoin  dan Ethereum saja untuk marketcap.  Apakah perbedaan dari ETH, USDT dan BTC yang bisa dibilang merupakan  cryptocurrency  yang diminati?.  Kenapa banyak orang membeli cryptocurrency  ini?. Mari ulas tentang perbedaannya

Daftar Isi

Fungsi

perbedaan ETH USDT dan BTC yang pertama adalah fungsi. Fungsi ketiganya berbeda dalam dunia cryptocurrency . Bitcoin atau BTC yang dijuluki mother of crypto, karena merupakan cryptocurrency pertama yang pernah ada dalam sejarah serta menjadi pelopor untuk munculnya altcoin atau cryptocurrency lainnya setelahnya. Bitcoin yang awalnya diharapkan menjadi pengganti mata uang saat ini dan memiliki sifat desentralisasi sebagai mata uang jadi artinya BTC sebagai mata uang bebas dari intervensi negara dan bisa jadi alat transaksi secara global. Saat ini BTC berubah menjelma sebagai aset yang banyak oleh orang disebut “emas digital”. Maka tak heran menjadikan BTC memiliki marketcap terbesar di dunia cryptocurrency.

Ethereum atau ETH adalah blockchain dengan fungsi smart contract. Banyak pengembang kripto yang menggunakan blockchain ETH untuk membuat cryptocurrency mereka sebagai  token ERC-20 yang berjalan diatas blockchain ETH. Ada yang menggunakan blockchain ETH untuk membuat Decentralized finance (DeFi) dengan memanfaatkan fungsi smart contract dalam blockchain ETH agar bisa menghilangkan pihak ketiga dalam simpan pinjam dan tidak perlu perantara seperti bank, exchange ataupun broker. Ada juga yang memanfaatkan blockchain ETH untuk membuat NFT, NFT adalah barang digital unik.

Sedangkan pada USDT sebagai Stablecoin yang memiliki fungsi sebagai pair atau pasangan harga untuk membeli cryptocurrency lain, USDT  memiliki marketcap terbesar  ketiga karena banyak cryptocurrency yang bisa dibeli dengan menggunakan USDT dan bisa dibilang hampir semua cryptocurrency yang ada di exchange bisa dibeli oleh USDT. Maka dari itu banyak orang yang membeli USDT.

Baca Juga: Perbedaan BIDR dan IDRT

Jumlah

BTC memiliki jumlah maksimal 21.000.000 BTC dan tidak bisa bertambah jumlahnya. Karena saat BTC diciptakan oleh Satoshi Nakamoto, dia menginstall batasan maksimal yang bisa ada dikenal sebagai hardcap. Hardcap ini diencoded dalam source code bitcoin dan diperkuat oleh node dalam jaringan. Pasti kalian bertanya bagaimana kalau ada yang berhasil hack source code bitcoin dan mengubah hardcap pada source code BTC hingga jumlah maksimal BTC lebih dari 21.000.000?. Jawabannya hampir mustahil, karena Bitcoin sekarang diatur oleh sebuah software yang dijalankan oleh node bukan oleh source code.  Ditambah adanya halving, halving pada bitcoin setiap empat tahun menyebabkan jumlah block BTC yang dihasilkan dari mining akan semakin sedikit dan semakin sulit mendapatkan block BTC  sehingga pada akhirnya mustahil mendapatkan block BTC.

Hardcap BTC dilindungi dengan sistem insentif dan model pengaturan. Pihak yang bisa mengontrol aturan Bitcoin punya keinginan serta insentif kuat agar hardcap tidak berubah dan menolak perubahan hardcap, karena dasar investasi pada BTC  adalah kelangkaan. Jadi pihak yang bisa mengontrol tidak ingin perubahan hardcap, karena itu merusak atau menghancurkan nilai BTC. Sedangkan pihak yang ingin mengubah BTC hardcap tidak punya kekuataan untuk mengontrol jaringan.

Banyak orang yang berpikiran dan berspekulasi bahwa hardcap bisa dirubah, karena pendistribusian BTC dan Bitcoin sebagai jaringan berdasarkan konsensus. Spekulasi ini muncul, karena source code dikira hanya ada satu saja. Sebenarnya ada banyak atau bahkan ratusan versi source code Bitcoin. Setiap node di jaringan bitcoin menjalankan software terpisah yang akan menolak invalid block. Meskipun banyak node yang menjalankan versi terbaru Bitcoin core tapi banyak juga node yang menjalankan versi lama dan implementasi yang berbeda. Core Bitcoin bisa diubah bagian sepelenya tapi sulit untuk menyakinkan puluhan ribu node  untuk mengadopsi perubahan itu.

Baca Juga: Perbedaan BUSD USDT dan USDC

Ingat miner atau orang yang mining BTC tidak mengontrol jaringan Bitcoin dan aturan Bitcoin. Miner bisa menghasilkan block baru  dan memvalidasi transaksi. Saat miner mengirim block baru ke jaringan, puluhan ribu node masing-masing secara independen memverifikasi node tersebut, memastikan itu menghasilkan jumlah bitcoin baru sesuai termasuk valid Proof of Work  dan semua transaksi dalam block valid. Node akan menolak semua block yang melanggar aturan ini, artinya miner tidak mempunyai kontrol akan aturan Bitcoin.

Pertanyaan apa bisa diubah hardcap Bitcoin lebih dari 21.000.000 BTC maksimum?. Secara teoritis bisa, asal semua pihak bekerja sama bukan hanya salah satu pihak. Karena jika perubahan di salah satu pihak  dan pihak lain menolak, maka tetap tidak akan perubahan. Secara teori, kalau semua pengembang Bitcoin setuju untuk melakukan perubahan dan perubahan ini diintegrasikan pada core Bitcoin. Selanjutnya, semua komunitas Bitcoin setuju untuk mengaktifkan path ini yang artinya semua node dalam jaringan Bitcoin mengadopsi perubahan ini atau memaksa semua node yang tidak setuju keluar dari jaringan  Bitcoin. Sebagai bagian dari mengaktifkan path, mayoritas node dan miner harus memberikan signal setuju atas perubahan itu. Saat mayoritas yang ada di jaringan Bitcoin setuju akan hal ini, perubahan akan dilakukan. Jika kamu tidak bisa membuat semua pengembang Bitcoin, komunitas bitcoin, mayoritas node dan mayoritas miner setuju perubahan hardcap. Maka kamu tidak akan pernah bisa mengubah jumlah maksimum BTC. Sulit bukan untuk mengubahnya dan ini hanya secara teori bisa dilakukan, kenyataannya belum ada yang pernah mencoba hal ini.

Baca Juga:  Cara Daftar Indodax dengan Mudah

Saat ini ETH memiliki pasokan maksimal tak terbatas, walaupun ada kemungkinan jumlahnya akan dibatasi setelah ETH 2.0 selesai sepenuhnya. Karena ETH yang sebelumnya menggunakan Proof of Work seperti BTC, jadi bisa di mining. Sedangkan nanti kalau setelah  ETH 2.0, ETH menggunakan Proof of Stake. Jadi untuk mendapatkan ETH harus menjaminkan ETH yang dimiliki. Berbeda saat masih menggunakan Proof of Work, kita tidak perlu punya ETH untuk mendapatkan ETH. Hanya bermodalkan alat mining.

Sedangkan pada USDT, karena merupakan stablecoin maka jumlahnya tergantung jumlah USD yang dijadikan aset pendukung oleh perusahaan tether sebagai perusahaan yang penerbit stablecoin USDT. Biasanya stablecoin ini USD menggunakan rasio 1:1, jadi setiap  1 USDT  ada 1 USD di bank untuk aset pendukung.  Walaupun ada banyak kontroversi bahwa 1 USDT  tidak setara dengan 1 USD di bank yang perusahaan tether miliki. Jadi pengacara Tether pada tahun 30 April 2019 1 USDT hanya setara $0.74.  Bulan Mei 2021,  tether mempublikasikan bahwa hanya  2.9% USDT yang dibackup dengan uang cash di bank dan lebih dari 65% dibackup oleh aset commercial paper (Surat berharga komersial). Kamu bisa baca detailnya disini.

Volatilitas

BTC dan ETH memiliki volatilitas yang tinggi, karena merupakan cryptocurrency yang bukan stablecoin. maka pegerakan harga atau nilai tinggi, bisa turun dan naik banyak. Misal BTC yang pernah RP. 900.000.000, saat artikel ini ditulis turun jadi harga  RP. 500.000.000. ETH yang pernah mencapai harga RP. 60.000.000, sekarang turun jadi RP. 30.000.000. Untuk USDT  yang merupakan stablecoin, naik turun harganya tidak banyak dan jauh. USDT bisa dibilang pergerakannya mirip dengan kurs USD.

 Itulah perbedaan ETH USDT dan BTC. Semoga kamu bisa tahu kenapa tiga cryptocurrency menjadi cryptocurrency dengan marketcap terbesar saat ini dan digandrungi banyak orang untuk dibeli ataupun dikoleksi. Terima kasih telah membaca di gastronoid dan semoga artikel ini bisa membantu kamu,

 

 

 

 

Tinggalkan komentar